Asam Manis Pantai Sawa

“Gedebug gedebug gedebug !” begitulah kira-kira suara yang ditimbulkan saat ban mobil kami melewati jalanan berlubang yang tidak berujung menuju pantai Sawa. Rencana perjalanan ini belum lama digagaskan oleh teman-teman saya ketika melihat adanya tanda warna merah mungil di kalender, tepat tanggal 1 Mei yang merupakan hari buruh.

Setelah terombang-ambing di jalanan yang berlubang cukup lama dengan pose tangan kanan memegang handle pintu dan tangan kiri memegang jok kursi depan, akhirnya saya pun sampai di pantai Sawa. Perjalanan dari Kendari menuju pantai Sawa ditempuh kurang lebih 1 jam 30 menit, tetapi sewaktu melihat jam di handphone saya ternyata waktu yang digunakan adalah hampir 2 jam. Sekedar tips buat kalian yang ingin pergi ke pantai Sawa ini adalah siapkan obat anti muntah bagi kalian yang memang agak rawan untuk mual, karena jujur jalanan berlubang ini cukup membuat saya sedikit mual.

Ini masih mending nih lubangnya, masih ada yang lebih gede lagi.

Mobil kami sudah terparkir cantik di tempat parkir pertanda kami telah sampai.

“Oke cukup sudah!”

saatnya mengistirahatkan bokong saya yang sakit akibat jalanan berlubang.

Jam makan siang sudah tiba, saya lalu mengambil sekotak nasi kuning seharga Rp.15.000 yang telah saya beli di Kendari sebelumnya. Lumayan berhemat bukan? kalau makan di penginapan vila ini pasti jatuhnya lebih mahal.

Setelah beristirahat dan mengisi perut, saya dan teman-teman menuju sebuah dermaga dengan tiang beton dan papan kayu yang dipaku diatasnya untuk mengambil beberapa foto. Watch your step!! kalau kalian tidak ingin bernasib sial seperti salah seorang teman saya yang terperosok karena kayu yang di injaknya ternyata sudah lapuk. Sebaiknya kalian berjalan di bagian tengah dermaga tempat tulang kayu utamanya berada supaya lebih safety.

Dermaga kayu di pantai Sawa.

 

Kayu lapuk yang membuat teman saya terperosok.

Setelah berfoto-foto cantik saya lalu turun ke pantai. Hamparan pasir hitam terbentang memanjang di sepanjang pantai. Saya pun asik bermain dengan pasir yang tampak berkilauan saat terkena cahaya matahari itu. For your information, pantai Sawa ini adalah pantai berpasir hitam yang super duper lembut, saking lembutnya kaki seperti terhisap kedalam saat kalian menginjak pasir yang basah di bibir pantai.


Pasir hitam yang lembut.

 


Baca buku ditemani suara ombak asik juga ternyata.

 

Segar ya airnya?

 

Tapi, sayang seribu sayang air yang berada di pantai Sawa ini tidak jernih karena airnya bukan berwarna biru kehijauan melainkan berwarna kecokelatan. Bukan berarti kotor ya, karena seperti yang kita tahu bahwa air laut mempunyai warna yang berbeda-beda. Jangan khawatir untuk berenang karena saya tidak menemukan sampah yang mengambang kok. Kalau saya? saya sih lebih memilih untuk jalan-jalan di bibir pantai sambil duduk di atas pasir.

Duduk foto ala-ala

 

Fotoin saya dari belakang dong!

 

pemandangan dari sisi kanan dermaga.

 

Pemandangan dari sisi kiri dermaga.

 

Jam di handphone menunjukan pukul 9 lewat malam hari, saya pun mencoba keluar untuk sekedar berjalan-jalan menyusuri bibir pantai. Air laut yang surut membuat batuan pecahan karang dapat terlihat jelas dipermukaannya. Sisa hujan tadi sore membuat suasana lebih sejuk dan untungnya tidak berangin sehingga rasa dingin tidak terlalu menusuk dan saya pun masih dapat berjalan-jalan santai tanpa menggunakan jaket (sebenarnya saya  lupa membawa jaket).

Alarm berbunyi membangunkan saya. Yap! Pagi hari ini saya dan beberapa orang teman mencoba untuk bangun lebih pagi, untuk apalagi kalau bukan mengejar sunrise. Bahkan saya telah mandi supaya terlihat lebih segar saat di foto nanti (memangnya ngaruh ?). Sempat terlintas di benak saya apakah pengorbanan bangun jam 5 pagi ini akan membuahkan hasil? ataukah sisa hujan kemarin sore membuat langit mendung sampai pagi ini? entahlah sebaiknya saya buktikan sendiri  ujarku dalam hati sambil melangkahkan kaki keluar dari vila.

Look at there!

Sunrise murni no filter.

 

Suasana romantis saat sunrise.

 

Ini bukan di Sumbawa ya.

 

Saya melihat cahaya kuning keemasan perlahan muncul di balik awan so beautiful. Tidak ingin melewatkan pemandangan indah itu, saya pun langsung mengambil handphone (maklum saya tidak punya kamera) dan jepret-jepret. Dengan latar belakang matahari terbit, kami lalu mencoba berfoto sambil berlompat. Entah sudah berapa kali mencoba sampai mendapatkan hasil foto yang diinginkan hingga keringat ini sudah keluar seperti pemanasan saat mata pelajaran olahraga di sekolahan. Sambil menunggu waktu yang masih terlalu pagi, teman-teman saya pun bermain chicken game ala-ala running man gitu deh, tetapi saya tidak ikutan karena jam 5 pagi tadi saya SUDAH mandi.

Nah tibalah saya di penghujung acara (acara tv kali ah) dan balik ke kota Kendari serta harus menderita lagi melewati jalanan berlubang bak wajah penuh bopeng ini.

Tragedi ban mobil bocor sebelum balik ke Kendari. #thepowerofjalananlubang

 

Kaca jendela mobil saya sepanjang perjalanan pulang memperlihatkan sekitar 75%  (menurut survei pribadi saya gak tau deh kalau orang lain) jalanan menuju pantai Sawa ini rusak berlubang. Banyaknya mobil besar pengangkut batu dan nikel yang lalu lalang setiap harinya membuat jalananan ini susah untuk diperbaiki. Dengan adanya tambang nikel di daerah sini seharusnya penduduk di sekitar daerah tersebut menjadi lebih diperhatikan, tetapi ternyata tidak. Di saat cuaca panas jalanan sangat berdebu dan di waktu hujan turun, tanah menjadi berlumpur sehingga tidak jarang saya pelihat pengendara motor hampir terjatuh saat melewati jalanan berlumpur bin berlubang itu.

Taaaaddaaaaa inilah hasil perjalanan offroad kami.

 

Dan selesailah trip ke pantai Sawa yang sangat memberikan kesan bagi saya di perjalanan kali ini. Thanks to perjalan offroad PERTAMA dalam hidup saya! saya jamin perjalanan ini tidak akan terlupakan dan tenang saja, saya tidak akan kapok dengan jalanan berlubang itu, kalau ada yang ajak lagi kenapa tidak ?

Bagaimana? ingin mencoba sensasinya ?

Categories:

Leave a comment